Hari itu selepas kuliah adhwa membuka akun facebook dan ia dapati inbox disana. Sebuah nama yang senantiasa terukir, dia cahaya kecil disepertiga malamku. Menanyakan khabar. Karena aku berselancar dengan ponsell, tidak cukup memori telpon selullerku untuk membalasnya. Hingga aku beranikan diri untuk menulis di wall nya. Percakapan kami berlanjut pada wallnya, tapi kata penutup darinya yang membuat adhwa bertanya-tanya. Dia mengatakan agar adhwa menjaga ibadah dan semoga menemukan kebahagiaan. Meskipun sudah dua tahun berlalu tapi nama itu masih terselip rapi dihati dan doa seorang adhwa . Disujud panjang qiyamul lail kerealisasikan rindunya dalam doa. Berharap tuhan memberikan jalan terbaik buat ia dan cahaya sepertiga malamnya.
****
Sekitar pukul 11.00 malam ia sms tiba-tiba. yang mengatakan jika ia menginginkan pacar yang seperti ibu satu untuk selamanya. Adhwa tersentak akan maksud dari pesan singkat itu. Ia mencoba mengerti makna dari pernyataan itu. Mugkinkah ia menginginkanku menjadi bagian dari hidupnya. Tapi, adhwa belum punya kesiapan akan itu. Adhwa terlalu sayang pada orangtuanya, ia harus mewujudkan impian mereka. Hingga ia temui sebuah status facebook yang adhwa pikir mengacu padanya “ apakah aku siap menunggu?”. Selang beberapa minggu dari itu adhwa harus menerima kenyataan status facebook yang menyatakan jika cahaya sepertiga malamnya sedang punya hajat untuk mengkhitbah seorang gadis. Ia hanya bisa beristighfar menenangkan hati.ia hanya bisa mendoakan kebahagiaan untuknya. Belum ada pernyataan pasti, meskipun hanya sebuah status facebook tapi sudah membuatnya merasakan perih yang teramat. Ini konsekuensi dari sebuah syariat yang harus digenggamnya.
Cinta biarlah terpatri, karena semakin berlari semakin ia merengkuh erat qolbu. Semua panyair menggambar cinta itu sebuah keindahan. Tapi adhwa merasakan kebalikannya. Kata-kata seorang akhwat menenangkannya”...pernikahan yang didasari rasa cinta itu tidak logis. Karena istikharahpun percuma, jiwa senantiasa membenarkan jika ia jodoh terbaik...”. Biarkan ia mengikuti alur kemana ia akan berlabuh. Allah tahu yang terbaik buat hamba-Nya. Adhwa menguatkan hati
“....Cahaya kecil disepertiga malamku, mungkin ini jawaban atas caraku yang salah Mencintaimu dalam sunyi. Sesal tinggal menggurui hati, rencana-Nya lebih indah untuk menjaga hati hamba-Nya. Akhir hidup itu sebuah keindahan, jika belum maka itu perjalann hidup yang masih panjang. Aku hanya bisa mengucap syukur atas semua kejadian hidup. Berterimakasih untukmu yang telah mengenalkan pada Dinku. ISLAM.”
***
Adwha kini telah menyelesaikan sarjana dengan segenap perjuangan orangtua yang menyayanginya. Ia mengajar privat dan ngaji untuk menyambung hidup dirantau selama kuliah. Perjuangan itu membuahkan hasil gelar sarjana pendidikan disandangnya dengan segenap bangga dihati. Setelah menyelesaikan strata satunya ia mondok selama satu tahun untuk menambah ilmu akhiratnya. Dan kini ia telah berekor ada buah hati dan suami yang menguatkannya. Tulang rusuk itu tak pernah tertukar meski sejauh bumi bergerak, mas fajar mengkhitbahnya melalui kedua orangtuanya yang sebelumnya tak pernah dikenalnya. Cinta SMA berlalu, seumpama sandal jika tidak jodoh meski dipaksa tidak akan pernah cocok. ALLAH telah memilihkan fajar untuknya dan itulah yang terbaik. Cinta suci menyambut dalam peraduan. Lagu almaedany diputar” menanti di belahan jiwa”
No comments:
Post a Comment